Senin, 14 Oktober 2013

Pemain TIMNAS U - 19 Yabes Roni Malaifani Menggemparkan Pulau Alor ?

Sahabat Cyber , Jakarta : Yabes Roni Malaifani terpilih dalam skuad Piala AFC U-19. Namanya masuk dalam 23 pemain yang dirilis Indra Sjafri. Hal itu sudah membuat gempar masyarakat Alor. Saat pertandingan melawan Laos di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa malam(8/10),Kata Yabes, menunggu kapan dirinya masuk kelapangan. "Itu rahasia pelatih, saya main atau tidak, ternyata beta tidak dimainkan. Beta bersemangat menyanyikan Indonesia Raya, beta pegang terus lambang Garuda," kata Yabes lagi. Indonesia akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 4-0. Meski belum dipilih pelatih, Yabes tidak patah semangat. Ia berlatih keras kembali. Dengan hasil latihan, penggemar Ronaldinho itu yakin dapat bermain dalam laga melawan Filipina pada Kamis (10/10) Ternyata benar, Yabes diturunkan pada menit ke-82 menggantikan Dinan . Berselang 3 menit, tepatnya menit ke-84, dia mencetak gol dengan sangat cantik ke gawang Filipina pada laga kedua penyisihan Grup G Kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Gelora Bung Karno, Kamis (10/10). Yabes mencetak gol setelah menerima umpan dari Paulo Sitanggang, Yabes yang melaju dari sayap kanan berhasil menguasai bola dan melepaskan tendangan ke tiang dekat gawabg tanpa bisa dihalau kiper Filipina. "Coach ngomong dia lagi goyang, akhirnya beta dipanggil. Yabes main selesai lah," ujar Yabes tertawa. Gol Yabes tersebut menggemparkan masyarakat NTT dan Pulau Alor tempat Yabes tinggal. Mereka bersorak kegirangan. Yabes bercerita masyarakat di sana jarang yang memiliki televisi sehingga sering diadakan nonton bareng di jalan-jalan utama. Ibu Yabes, Sepriana Malaifani juga ikut nonton bersama karena kelurganya belum memiliki televisi. "Mama menangis melihat gol Yabes. Ada orang memeluk televisi. Ada pula yang melempar layar lebar karena kegirangan layarnya robek," kata Yabes. "Mama bilang kamu bikin Alor terangkat. Ia bilang beta harus rajin berlatih biar beta lebih baik dan sering main lagi. Nanti kita tancap televisi lagi sampai pagi," tambah Yabes tertawa. Yabes kemudian bercerita ingin membelikan televisi untuk ibunya. "Biar mama bisa lihat Yabes bermain," ujar Yabes yang tinggal di rumah sederhana di Kecamatan Alor Barat Daya. Kekasih Yabes juga ikut bergembira. Namun, ketika ditanya sosok kekasihnya itu, pria kelahiran Moru, Alor, 6 Februari 1995 itu masih malu-malu. "Jangan disebut nama ya, beda sekolah sama beta. Dia nangis lalu telepon karena kangen, dia bilang barukali ini lihat Yabes di televisi. Dia sujud syukur berdoa," imbuh Yabes tersipu malu. Yabes merupakan anak yatim. Ayahnya, Hanus Malaifani telah meninggal saat Yabes duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar Negeri 2 Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, NTT. Mengenai sepakbola, Yabes mengakui ayahnya yang membuatnya cinta dengan si kulit bundar. "Ayah seorang guru olahraga, beta senang sepakbola dari dia. Bapak pemain belakang, kalau beta penyerang atau sayap kanan," imbuh Yabes mengenang. Tahun depan, Yabes lulus SMU, ia berkeinginan mengambil jurusan olahraga. "Seperti ayah yang guru olahraga, saya ingin menjadi pemain dan pelatih sepakbola," harap Yabes. Saat kelas 3 SD, Yabes masuk dalam tim di sekolahnya. Ia ikut kompetisi Olimpiade Olahraga Siswa tingkat SD. Dari situ ia mendapatkan beasiswa pendidikan. Yabes mengerti mengandalkan uang sekolah kepada ibunya cukup memberatkan. Ibu Yabes, Sepriana hanyalah seorang petani yang menanam umbi-umbian dan pepaya. Yabes mengaku ibunya sangat mendukung pilihannya bermain sepakbola. "Waktu SD, beta dibelikan sepatu harganya Rp 65 ribu untuk bermain bola," kata Yabes. Ia mengasah kemampuan bermainnya dengan menonton pertandingan sepakbola di televisi. Karena tidak memiliki televisi, kerap kali Yabes menonton siaran sepakbola di rumah tetangganya. Dari itu pula, Yabes mengidolakan klub AC Milan dan pemain Ronaldinho. "Permainanya bagus, aku senang cara Ronaldinho selebrasi merayakan gol. Kalau tim, beta suka Brasil," tuturnya. Ketika masuk SMP, ia kembali masuk dalam tim sepakbola dan ikut Olimpiade Olahraga Siswa tingkat SMP. Yabes juga mengikuti Liga Pendidikan Indonesia saat bersekolah di SMU 1 Kalabahi. Permainan ciamik yang ditampilkan saat liga pendidikan membuat klub lokal Persepalor tertarik merekrutnya untuk bermain di divisi 2. Yabes ikut putaran pertama. Ia mengaku mendapatkan uang sebanyak Rp 4 juta dari permainannya itu. Akhirnya uang sebanyak Rp 2 juta digunakannya untuk membiayai sekolahnya. "Tiap bulan beta ambil untuk membayar uang sekolah," katanya. Sedangkan sisanya untuk membeli sepatu dan kostum bola. Saat bermain di Persepalor, Yabes mengidolakan seniornya Suparman Bara. Ia mencontoh cara bermain pemain tersebut. Dengan uang hasil kerja kerasnya, Yabes juga memiliki kostum timnas Indonesia. Saat itu, Yabes membeli kostum bernomor 17 yang dipakai Irfan Bachdim. "Beta pakai terus kostum itu, nomor 17 jadi idola," ungkap Yabes yang kini berstatus pemain klub Putra Kenari Alor.

0 Comment:

Posting Komentar

#KancutKecilku