Selasa, 11 Juni 2013

Tiga Alasan Pembenaran Wanita Berselingkuh

Sahabat Cyber, Rupanya Kaum pria dinilai paling sering berselingkuh dari pasangannya, entah itu istri atau kekasihnya. Dan sebaliknya, perempuan dinilai tidak terlalu sering mengkhianati pasangannya. Namun, sebuah penelitian klinis menyebutkan, sebenarnya banyak juga perempuan yang berselingkuh dari pasangannya. Dilansir Huffington Post, berikut sejumlah alasan mengapa perempuan memilih untuk berselingkuh. Tak dihargai Merasa tidak dihargai, diacuhkan atau tidak diindahkan. Seorang perempuan yang merasa dirinya seperti penjaga rumah, penyedia keuangan atau pengasuh anak, dibnding istri atau kekasih, lebih rentan mencari situasi baru di luar. Terutama pada sosok yang memberikan perhatian dan penghargaan pada dirinya, daripada fungsi yang selama ini dijalankannya. Bosan Merasa bosan atau merasa sendirian. Perempuan yang tinggal sendirian di rumah dalam waktu lama, bisa merasa hidup mereka tidak berarti. Ia akan mencari affair romantis untuk mengisi kekosongan dalam hidupnya. Mimpi Merasa tidak sepenuhnya dicintai dan dihargai. Sejumlah perempuan memiliki harapan yang tidak realistis mengenai hal-hal yang harus dilakukan pasangan terhadap mereka, terutama sisi emosional. Sebaliknya, ketika pasangan gagal, perempuan ini merasa tindakannya benar saat mencari perhatian di tempat lain. Terkait #selingkuh Baca Juga Markus Horison Tak Terbukti Berselingkuh di Persidangan Pekerja Buruh Digelandang ke Polres Bersama Selingkuhannya Istri Polisi Dipergoki Simpan PIL di Rumah Dituduh Selingkuh, Venna Melinda Tutup Pintu Rujuk dengan Ivan Pacari Anak Tiri, Istri Polisikan Suami

Vampire di Dunia Nyata, Wanita Ini Minum 3,8 Liter Darah Tiap Bulan

Jakarta - Kisah Bella Swan yang kecanduan minum darah menjelang berubah jadi vampire dalam film Twilight terjadi di dunia nyata. Seorang wanita asal AS mengalami hal seperti Bella. Bukan vampire tentunya, tapi dia kecanduan minum darah setiap hari. Sahabat Cyber, Julia Caples, wanita asal Wilkes Barre, Pennsylvania ini rutin minum darah manusia yang didapatkannya dari para pendonor. Dia sudah melakukan hal ini sejak 30 tahun terakhir. Setiap bulannya Julia minum 1/2 gallon atau sekitar 3,8 liter darah. Wanita 45 tahun ini percaya darah tersebut memiliki khasiat membuatnya menjadi lebih muda dan bugar. "Saat aku minum darah aku merasa lebih kuat dan sehat. Aku tahu secara ilmiah tidak ada banyak nutrisi dalam darah, tapi mungkin saja ada beberapa manfaat yang belum ditemukan," katanya seperti dikutip Daily Mail. Julia menambahkan dia merasa lebih cantik ketika rutin minum darah. Kesehatannya pun tidak pernah bermasalah dan dia selalu jadi lebih berenergi sepanjang waktu. Darah-darah yang diminum Julia ini didapatkannya dari para 'donor'. Donor di sini bukan mereka yang kerap mendonorkan darahnya untuk kemanusiaan. Ternyata para pendonor ini adalah mereka yang ngefans pada cerita-cerita vampire sehingga merelakan darahnya diminum Julia. Kebiasaan minum darah ini sudah dialami Julia sejak dia masih muda. Ketika remaja dan melakukan ciuman pertamanya, dia memiliki keinginan untuk menggigit pasangannya. "Sepertinya itu adalah insting natural aku. Aku suka rasanya. Aku hanya punya keinginan itu dan aku tidak bisa menjelaskannya," tuturnya seraya menambahkan setelah digigitnya, pasangannya biasanya tidak mau berciuman dengannya lagi. Ibu dua anak ini sadar ada bahaya kesehatan di balik kecanduannya minum darah ini. Tapi menurutnya, dia selalu berusaha meminimalisir risiko buruk dengan melakukan tes pada para pendonornya. Jika ada donor darah yang didapatnya melalui dunia maya, Julia pasti akan bertemu dengannya dulu secara langsung. "Dan mereka harus melakukan tes darah untuk memastikan tidak memiliki penyakit seperti AIDS atau HIV," katanya. Hematologist Steven Gruenstein dari Mount Sinai Hospital, New York melihat apa yang dilakukan Julia itu sangat berisiko pada kesehatannya. "Ada risikonya, HIV, hepatitis dan virus lainnya serta bakteri yang mungkin saja terkontaminasi di dalam darah," ujar Steven.

Penyandang Diabetes Boleh Berpuasa, Asaaal ?

Bulan Ramadan akan tiba sebentar lagi. Bagi orang-orang yang menyandang penyakit kronis seperti diabetes, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Tapi bukan berarti pasien diabetes tak boleh berpuasa. Pasien diabetes memang termasuk salah satu pasien yang berisiko saat menjalankan puasa. Tapi dengan pengaturan yang tepat, pasien diabetes masih bisa tetap sehat menjalankan ibadahnya. "Orang diabetes, apalagi yang baru terdiagnosa dan pertama kali berpuasa, penting untuk melakukan pengkajian dan konseling pra Ramadan," jelas dr Wismandari, SpPD, FINASIM, dalam acara Simposium PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) Forum 'Meraih Kesempurnaan Ibadah Puasa dengan Sehat Fisik dan Jasmani', di Ruang AULA FKUI, Jakarta, Selasa (11/6/2013). Menurut dr Wismandari, sejak 2-4 bulan sebelum berpuasa, pasien diabetes harus bersiap-siap dengan melakukan konseling. Dokter akan melakukan pengkajian kontrol metabolik untuk mengetahui apakah gula darah pasien cukup baik untuk menjalani puasa. Pasien diabetes bisa saja puasa jika gula darahnya terkendali atau kadar gula darah kurang dari 180 mg/dl. Kondisi seperti itu memungkinkan penderita diabetes cukup sehat dan aman untuk berpuasa. Tapi jika kadar gula darah lebih dari 180 mg/dl, kondisinya jadi cenderung tidak aman untuk berpuasa karena di dalam urinenya akan terdapat gula. Gula yang banyak di dalam urine akan membuat penyandang diabetes sering buang air kecil. Efeknya, badan kekurangan air yang ditandai dengan haus, sehingga ia harus minum untuk mencegah dehidrasi. Jika dalam kondisi seperti itu ia berpuasa, maka bisa membuat tubuhnya menjadi lemah dan dapat berbahaya. "Jadi gula darahnya harus bagus dulu, jadi dipastikan pasien cukup kuat dan sehat untuk berpuasa," lanjut dr Wismandari. Selain untuk mengetahui kondisi gula darah, konseling pra Ramadan juga penting dilakukan untuk penyesuaian terapi selama berpuasa. Bagaimana pengaturan makan selama puasa? Asupan kalori dan gula darah sangat menjadi perhatian pada pasien diabetes. Oleh karena itu, pola makan selama berpuasa pun harus diatur dengan baik, agar gula darah tidak naik dan turun secara tiba-tiba. dr Wismandari memberikan beberapa tips pengaturan makan bagi pasien diabetes selama berpuasa, yaitu: 1. Makan makanan sehat dan seimbang 2. Menyegerakan berbuka dan melambatkan sahur 3. Minum cukup, minimal 8 gelas 4. Porsi kalori: 50 persen saat berbuka puasa, 10 persen setelah tarawih, dan 40 persen saat sahur 5. Pilih karbohidrat kompleks yang butuh pembakaran lama saat sahur (8 jam), seperti beras merah, kacang-kacangan yang utuh, gandum. 6. Kurangi lemak dan perbanyak serat, dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur. "Jika gula darah turun menjadi 60 mg/dl atau kurang, gula darah sekitar 70 mg/dl di jam-jam awal puasa atau gula darah naik lebih dari 300 mg/dl (berisiko ketoasidosis), maka seseorang harus membatalkan puasanya," tutup dr Wismandari.

#KancutKecilku